KANDIDATNEWS.COM – Kabar yang menyebutkan kalau Presiden Jokowi memberi sinyal mendukung Prabowo Subianto berpasangan dengan Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024, dinilai sulit terwujud.
Hal demikian dikatakan Peneliti Senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby, Rabu (23/11) siang, di Rawamangun, Jakarta Timur.
Saat merilis hasil survei terbaru LSI bertajuk ‘Efek Dukungan Jokowi Terhadap Elektabilitas Pasangan Capres’, Dia memprediksikan duet Prabowo-Ganjar masih terkendala oleh sejumlah persoalan.
“Duet Prabowo-Ganjar sulit terwujud. Hingga saat ini, calon yang akan diusung PDIP belum ada titik temunya. Siapa yang nanti akan menjadi capres dan cawapresnya? Apakah Ganjar mau menjadi cawapres Prabowo? Padahal secara elektabilitas, Ganjar kini lebih unggul dari Prabowo. Apakah PDIP yang memiliki suara lebih banyak dari Gerindra, bersedia kadernya hanya mendapat jatah cawapres?” kata Adjie balik bertanya.
Lalu bagaimana dengan koalisi parpol lain, jika Duet Prabwo-Ganjar benar-benar terwujud? “Kalau duet ini terjadi, koalisi partai lain akan rumit. Tapi sekali lagi, paket ini sulit terwujud,” tandasnya.
Menyoal Perjanjian Batu Tulis antara PDIP-Gerindra pada 2009 lalu, yang salah satu isi perjanjiannya adalah ‘Megawati Soekarnoputri mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden tahun 2014’, Adjie mengatakan, Perjanjian Batu Tulis yang ditandatangani 16 Mei 20029, tak sekuat Interest politik di tubuh PDIP. Karena di Pilpres 2014, PDIP justru mencalonkan Jokowi sebagai presiden dan terpilih.
“Perjanjian Batu Tulis 2009, tak sekuat Interest politik di tubuh PDIP. Karena di pemilu sebelumnya terabaikan. Sekali lagi, duet Prabowo-Ganjar sulit terwujud.”
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi tak membantah ihwal kabar yang menyebut dirinya memberi restu kepada Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto untuk maju dalam Pilpres 2024.
Menurut Jokowi, pencalonan presiden merupakan hak demokrasi semua orang. “Istilahnya, saya kira karena (ada yang) menyampaikan kepada saya (Ganjar dan Prabowo nyapres) masak saya bilang ‘jangan, ndak!’ Kan gak gitu. Ya silakan, demokrasi kita kan memang harus disampaikan seperti itu,” ujar Jokowi, 12 Agustus lalu, di Istana Negara, Jakarta.
Meski begitu, Jokowi memang tidak gamblang menyatakan restu pencapresan Ganjar dan Prabowo. Namun sebagai seorang presiden, Jokowi mengatakan tidak mungkin melarang menterinya maju di kontestasi politik lima tahunan tersebut.
“Gak mungkin presiden yang misalnya ada menteri ke saya menyampaikan itu, lalu saya buat tidak, silakan. Bahwa itu ditafsirkan sebagai restu, silakan saja,” tukas Jokowi.