LSI: 74,8 % Publik Mengaku Perekonomiannya Jauh Lebih Buruk Gegara Covid-19

oleh -151 views
Peneliti Senior LSI Denny JA, Ardian Sopa didampingi Fitri Hari paparkan keresahan publik di Tanah Air akibat wabah corona yang berkepanjangan, Selasa (7/7) siang, di Jakarta.
Peneliti Senior LSI Denny JA, Ardian Sopa didampingi Fitri Hari paparkan keresahan publik di Tanah Air akibat wabah corona yang berkepanjangan, Selasa (7/7) siang, di Jakarta.

KANDIDATNEWS.COM – Gegara virus corona belum juga angkat kaki dari Indonesia, kecemasan publik terhadap kondisi ekonomi berada di zona merah. Sebesar 74.8 % publik bilang, kondisi perekonomian mereka jauh lebih buruk dibandingkan sebelum covid-19 mewabah. Demikian kesimpulan survei terbaru LSI Denny JA bertajuk ‘Kecemasan Publik di Zona Merah?” yang dilansir, Selasa (7/7) siang, di Jakarta.

“Sebesar 74.8 % publik bilang, kondisi perekonomian mereka jauh lebih buruk dibandingkan sebelum covid-19 mewabah. Hanya 22.4 % yang menyatakan bahwa kondisi ekonomi mereka tidak berubah dibandingkan masa sebelum covid. Dan hanya dibawah 5 % yaitu 2.2 % yang menyatakan kondisi ekonomi mereka lebih baik,” kata peneliti senior LSI Denny JA, Ardian Sopa, Selasa (7/6) siang, di Jakarta.

Survei ini dilakukan secara tatap muka pada tanggal 8-15 Juni 2020, menggunakan 8000 responden di 8 provinsi besar di Indonesia. Kedelepan provinsi tersebut yaitu Provinsi Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Provinsi Bali. Margin of error (Moe) survei ini adalah sebesar +/- 2.05 %. Selain survei, LSI Denny JA juga menggunakan riset kualitatif (analisis media dan indepth interview), untuk memperkuat temuan dan analisa.

“Mereka yang menyatakan kondisi ekonomi buruk, merata di hampir semua segmen. Baik mereka yang kelas ekonomi atas maupun wong cilik, berpendidikan tinggi maupun rendah, tua maupun muda, dan semua konstituen partai politik,” lanjutnya.

Dijabarkan Sopa, di segmen ekonomi, semakin rendah tingkat ekonominya semakin tinggi persepsi bahwa kondisi ekonomi mereka memburuk. Pada segmen ekonomi bawah (wong cilik), mereka yang menyatakan ekonomi mereka memburuk, sebanyak 81.3 %. Sementara mereka yang merasa ekonomi mereka tak berubah sebesar 15.8 %. Tak hanya segmen ekonomi bawah, pada segmen ekonomi atas, mereka yang berpendapatan diatas 4.5 juta/sebulan, sebanyak 59.9 % menyatakan bahwa kondisi ekonomi mereka memburuk. Namun terdapat 37.3 % responden yang menyatakan bahwa kondisi ekonomi mereka tidak berubah.

Pada segmen pendidikan, semakin rendah tingkat pendidikan semakin tinggi pula persepsi bahwa ekonomi mereka memburuk. Pada segmen mereka yang terpelajar, pernah kuliah atau diatasnya, mereka yang menyatakan ekonomi mereka buruk sebanyak 62.5 %. Sementara mereka yang menyatakan bahwa kondisi ekonomi mereka tidak berubah sebanyak 34.3 %. Pada segmen pendidikan rendah, mereka yang hanya lulus SD atau dibawahnya, sebanyak 78.8 % menyatakan kondisi ekonomi mereka memburuk. Hanya sebesar 18.4 % yang menyatakan kondisi ekonomi mereka sama saja atau tida berubah.

“Pada segmen gender, baik laki-laki maupun perempuan, rata-rata diatas 70 % yang menyatakan bahwa ekonomi mereka memburuk. Pada segmen penganut agama, rata-rata diatas 70 %, di semua penganut agama, yang menyatakan bahwa ekonomi mereka memburuk. Pada segmen usia, baik mereka yang usia muda dibawah 40 tahun, maupun mereka yang berusia tua diatas 40 tahun, rata-rata diatas 70 % menyatakan bahwa ekonomi mereka memburuk,” ujarnya.

Mayoritas konstituen partai politik pun menyatakan bahwa ekonomi mereka memburuk. Pada segmen pemilih PDIP, partai pemenang pemilu, sebanyak 77.8 % menyatakan bahwa ekonomi mereka memburuk. Pada konstituen Golkar, sebanyak 74.2 % menyatakan ekonomi mereka memburuk. Pada segmen pemilih PKS, yang biasanya pemilih muslim kelas menengah yang tinggal di kota, sebanyak 70.7 % menyatakan bahwa ekonomi mereka memburuk.

“Mereka yang menyatakan kondisi ekonomi memburuk juga mayoritas di pemilih Jokowi- Maruf maupun pemilih Prabowo-Sandiaga Uno. Di pemilih Jokowi-Maruf, sebanyak 76.3 % menyatakan ekonomi mereka memburuk. Sementara di pemilih Prabowo-Sandiaga, sebanyak 74.2 % menyatakan kondisi ekonomi mereka memburuk di tengah pandemic covid-19.”

LSI Denny JA lebih jauh menggali kondisi ekonomi seperti apa yang dikhawatirkan oleh publik di tengah pandemi corona. Temuan penting lain yang dihasilkan dari survei ini adalah tingginya mereka yang khawatir tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok mereka sehari-hari. Tingkat kekhawatiran publik bahwa mereka tak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari juga berada di zona merah. Sebanyak 84.2 % publik menyatakan bahwa saat ini mereka khawatir, dan hanya sebesar 15.1 % yang menyatakan tidak khawatir.

“Mereka yang menyatakan khawatir juga merata di semua segmen. Baik mereka yang berpendidikan tinggi maupun rendah, kelas ekonomi atas maupun bawah, laki-laki maupun perempuan, semua segmen penganut agama, muda maupun tua, dan di semua segmen konstituen partai.”

Di segmen wong cilik, sebanyak 89.6 % menyatakan bahwa mereka khawatir tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Hanya sebesar 9.8 % yang menyatakan tidak khawatir.

Kondisi Ekonomi Rawan

Kekhawatiran terhadap kebutuhan yang paling pokok yaitu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari juga dirasakan oleh mereka yang dikategorikan kelas ekonomi menengah atas. Sebanyak 67.7 % publik menyatakan bahwa mereka khawatir tak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dan sebesar 31.5 % yang menyatakan tidak khawatir.

Pada segmen pendidikan, rata-rata diatas 70 % di setiap tingkatan pendidikan, yang menyatakan bahwa mereka khawatir tak mampu memenuhi kebutuhan mereka sehari- hari. Bahkan pada segmen mereka yang hanya lulus SD atau dibawahnya, sebanyak 90.1 % yang menyatakan bahwa mereka khawatir tak mampu lagi memenuhi kebutuhan hidup dasar mereka.

Pada segmen usia, rata-rata diatas 75 % di semua tingkatan usia, yang menyatakan khawatir tak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan pada mereka yang berada di usia produktif 30-39 tahun, sebanyak 88.2 % dari kelompok usia ini menyatakan bahwa mereka khawatir tak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Kekhawatiran tak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari juga merata di semua konstituen partai politik. Rata-rata diatas 80% mereka menyatakan khawatir.”

Dua temuan penting di atas harus direspon segera dengan kebijakan publik yang tepat. Dengan mayoritas menyatakan ekonomi memburuk dan kekhawatiran tak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka persepsi tersebut mampu menghasilkan implikasi politik yang serius. Oleh karena itu, LSI Denny JA membuat 7 (tujuh) rekomendasi penting, yakni; hati-hati krisis, publik tetap dibebaskan mencari nafkah asal tetap menjaga protokol kesehatan yang ketat, influencer elit bekerja secara massif, aneka bantuan sosial yang sudah diprogramkan secepatnya disalurkan dan harus tepat sasaran, pemerintah harus lebih hati-hati, dan menahan diri untuk mengeluarkana kebijakan yang tidak populer, para elit yang berhadapan secara politik menunda dulu provokasi yang dapat membelah publik dan membuat mereka makin membara, serta hindari spirit SCSD (Setelah Covid Selesai Dulu).

No More Posts Available.

No more pages to load.