KANDIDATNEWS.COM – Prihatin terhadap sewa gedung yang masih mahal untuk kegiatan olahraga, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi), GM Utut Adianto beharap, Mensesneg mendatang bisa membuat lebih banyak insfratuktur yang bisa dimanfaatkan untuk memajukan kualitas olahraga di Tanah Air dengan harga sewa yang murah. Sekarang ini, politisi PDIP ini menilai, sewa gedung untuk kegiatan olahraga sangat mahal.
“Idealnya ke depan, kita mempunyai gedung yang besar, yang muat untuk 2 ribu orang, sewanya tak semahal ini. Jadi, Mensesneg ke depan harus orang yang bisa membedakan kegunaannya bisnis apa olahraga. Ini kan bukan promosi, JAPFA kan gak cari untung. Malahan perusahaan membantu. Ke depan kita juga idealnya punya hotel yang di tengah kota seperti ini, yang murah. Kalau mainnya sembilan babak, harinya sebelas. Kualitasnya pasti lebih dahsyat dari yang ini. Pemainnya satu kamar, satu,” tegas Utut Adianto, kemarin, saat menyaksikan JAPFA Chess Festival 2023, di Gedung Serbaguna, Senayan, Jakarta.
Saat ini, lanjut Utut, kita punya tempat di Kemayoran. “Tapi kalau main di Kemayoran, nyewa Jiexpo-nya siapa yang sanggup? Inilah negara yang seharusnya berpihak untuk hal-hal olahraga, sosial, itu gak bisa di-cash sama. Moga-moga Mensesneg ke depan yang dipikirin lebih banyak. Jadi bansos itu tidak hanya membagi duit. Kayak di sini, kita pasang umbul-umbul aja bayar.”
“Padahal umbul-umbul itu gak bikin JAPFA jadi kaya. Bikin ini bayar, ini bayar, tiap rumah ada tuannya, dan tuannya ngambil uang. Mudah-mudahan akan ada lagi fasilitas olahraga, sehingga olahragawannya berkembang. Infrastruktur itu harus benar-benar ada, nggak mungkin lah bagi-bagi uang terus. Sekali lagi, ini bukan mengeluh, tapi desain ke depan,” ujarnya.
Muka-Muka Lama
Menyoal peserta JAPFA Chess Festival yang sudah ke-13 kalinya digelar atas kerjasama PT JAPFA dengan PB Percasi, diakuinya peserta masih didominasi muka-muka lama.
“Memang masih didominasi muka-muka lama. Tapi kalau melihat animo, tetap baik. Yang main ratusan orang (472). Yang kecil-kecil juga main. Problem terbesar kita sekarang adalah membuat orang fokus pada yang digemari,” tukasnya.
Sementara berbicara soal prestasi, persaingan para pecatur tetap ketat di tingkat nasional. “Kalau di level nasional, selalu ketat, karena semua provinsi punya pemain kuat dan semua provinsi punya pemain junior. Yang paling berat dari turnamen seperti ini, main sehari dua kali. Ada yang main jam 9 (pagi), ada yang main sore. Idealnya sehari sekali. Tapi kalau sehari sekali, makin sedikit yang main, karena nginapnya kan mahal. Lagi-lagi itu pilihan,” tutup Utut.