KANDIDATNEWS.COM – Luar Biasa. Dibandingkan demam capres yang belakangan mulai menghangat, ternyata publik lebih mengetahui Kasus Ferdy Sambo. Demikian hasil survei terkini Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang dirilis Selasa (18/10) siang, di Rawamangun, Jakarta Timur.
“Ada lima hal yang membuat kasus Ferdy Sambo menjadi kasus paling dramatis Tahun 2022. Pertama, kasus Ferdy Sambo didengar oleh 87,5 persen populasi Indonesia. Kemudian, sekitar 7,1 persen yang tidak pernah mendengar kasus ini dan 5,4 persen responden yang tidak tahu atau tidak menjawab,” kata Peneliti Senior LSI Denny JA, Ardian Sopa.
Dia menjelaskan, kasus dugaan pembunuhan terencana yang menewaskan Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadir J yang melibatkan bekas Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo, didengar oleh mayoritas publik di Tanah Air.
“Standar kasus Ferdy Sambo didengar oleh sekitar 75 persen penduduk Indonesia,” lanjutnya.
“Tidak banyak kasus yang pengetahuan publik terhadap kasus itu di atas 87,5 persen. Jadi, ini adalah kasus yang luar biasa besar dan diketahui banyak orang.”
“Bahkan kalau kita sandingkan dengan capres dan cawapres yang ada, itu pengenalannya di atas 87,5 persen itu sejauh ini baru Prabowo Subianto. Capres lain tingkat pengenalannya masih di bawah 87,5 persen,” ujarnya.
Menurut dia, kasus Ferdy Sambo ini didengar oleh mayoritas berbagai lapisan masyarakat, baik dari segi umur, agama, tingkat penghasilan, wilayah, dan gender.
Dicontohkan, lapisan masyarakat dari segi umur di mana penduduk dengan usia di bawah 30 tahun sebanyak 94,4 persen yang sudah mengetahui atau mendengar kasus Ferdy Sambo.
Selanjutnya, sebanyak 88,5 persen penduduk dengan usia 30-39 persen sudah mendengar kasus Ferdy Sambo, sebanyak 89,1 persen penduduk dengan usia 40-49 tahun dan sebanyak 81,6 persen penduduk dengan usia 50 tahun ke atas sudah mendengar kasus Ferdy Sambo.
“Begitu juga dengan lapisan agama di mana penduduk beragama Islam, sebanyak 86,6 persen sudah mendengar kasus Ferdy Sambo dan agama non muslim sebanyak 95,1 persen yang sudah mendengarkan kasus Ferdy Sambo tersebut,” jelas Sopa.
Selain itu, kasus pembunuhan Brigadir J juga bertahan menjadi pembicaraan publik selama berbulan-bulan, katanya.
“Bahkan, hingga saat ini sudah 4 bulan, beritanya tetap hangat menjadi perbincangan masyarakat sejak terjadi penembakan terhadap Brigadir J di rumah dinas Ferdy Sambo di Kawasan Duren Tiga, Jakarta, Juli yang lalu.
“Pembicaraan publik terhadap kasus ini masih terus berjalan karena persidangan baru dimulai Senin (17/10) kemarin.”
“Keempat, kasus Ferdy Sambo seperti drama yang penuh isu panas dan perubahan karakter, dari kasus polisi tembak polisi, antara Bharada E dengan Brigadir J, lalu perselingkuhan, obstraction of justice, suami bela istri, penyalahgunaan kekuasaan, tuduhan uang gelap judi online hingga narkoba,” ungkap Soba.
Selain itu, kasus Ferdy Sambo membuat kepercayaan kepada Polri menurun 13 persen, dari 72,1 persen di tahun 2019 (sebelum kasus Sambo) menjadi 59,1 persen pada tahun 2022 setelah kasus Ferdy Sambo.
“Jadi, kita melihat kasus Ferdy Sambo bisa membuat lembaga sebesar Polri itu juga menurun ke level 59,1 persen,” ujarnya.
Survei ini dilakukan pada 11-20 September 2022 dengan melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi seluruh Indonesia. Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuisioner. Metode survei menggunakan multistage random sampling dengan margin of error +/- 2,9 persen.